Kamis, 01 Februari 2024 |
Surabaya, kota pahlawan yang terkenal dengan semangat juang dan kuliner lezatnya, menyimpan jejak sejarah yang kaya dan memikat. Dari masa penjajahan hingga kemerdekaan, kota ini telah menjadi saksi bisu berbagai peristiwa penting yang membentuk identitasnya. Menelusuri jejak sejarah di Surabaya bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan waktu yang mengantarkan kita memahami akar budaya dan semangat juang yang melekat pada kota ini.
Di tengah hiruk pikuk kota modern, bangunan-bangunan tua masih tegak berdiri, seolah berbisik tentang masa lampau. Bangunan-bangunan ini, seperti museum, gereja, dan gedung pemerintahan, menjadi bukti nyata dominasi kolonial di Surabaya. Salah satu contohnya adalah *Gedung Grahadi*, yang dulunya merupakan kediaman resmi Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Arsitektur bangunan ini dengan gaya Eropa klasik, dengan pilar-pilar tinggi dan ukiran-ukiran indah, menggambarkan kemegahan masa kolonial.
Tak jauh dari Grahadi, terdapat *Gereja Katedral Santa Maria Immaculata* yang berdiri megah sejak tahun 1899. Arsitektur gereja ini mengusung gaya Gothic, dengan menara yang menjulang tinggi dan kaca patri yang indah. Gereja ini menjadi saksi bisu perjalanan iman umat Katolik di Surabaya dan menjadi simbol toleransi antar umat beragama di kota ini.
Selain bangunan, kita juga bisa menemukan jejak kolonial dalam *jalan-jalan tua di Surabaya*. Jalan Tunjungan, misalnya, dulunya adalah pusat perdagangan dan pusat hiburan bagi para bangsawan Belanda. Sepanjang jalan ini, kita bisa menemukan bangunan-bangunan tua dengan arsitektur klasik yang menjadi saksi bisu kejayaan masa lalu.
Surabaya tidak hanya dikenal sebagai kota perdagangan, tetapi juga sebagai kota pahlawan yang terkenal dengan semangat juang melawan penjajah. Jejak perjuangan ini terukir dalam monumen dan museum yang tersebar di seluruh kota.
Salah satu monumen yang paling terkenal adalah *Tugu Pahlawan*, yang dibangun untuk mengenang para pahlawan yang gugur dalam pertempuran 10 November 1945. Monumen ini menjadi simbol semangat juang rakyat Surabaya dalam mempertahankan kemerdekaan. Di kaki tugu, terdapat Museum 10 November yang menyimpan berbagai artefak dan dokumentasi tentang pertempuran Surabaya.
Selain Tugu Pahlawan, terdapat juga *Museum Perjuangan Rakyat Jawa Timur*, yang menyimpan koleksi artefak dan dokumentasi tentang perjuangan rakyat Jawa Timur, khususnya Surabaya, dalam melawan penjajah. Museum ini menjadi tempat pembelajaran bagi generasi muda untuk mengenang dan memahami sejarah perjuangan bangsa.
Di *Taman Apsari*, terdapat *Monumen Bambu Runcing*, yang menceritakan kisah perjuangan rakyat Surabaya dalam melawan penjajah dengan senjata sederhana seperti bambu runcing. Monumen ini mengingatkan kita tentang semangat juang yang tak kenal menyerah, meskipun dalam kondisi yang serba terbatas.
Bagi yang ingin merasakan suasana Surabaya tempo doeloe, jangan lewatkan untuk mengunjungi *Kampung Keling*. Kampung ini merupakan perkampungan tradisional yang masih mempertahankan arsitektur dan budaya jaman dahulu. Rumah-rumah berarsitektur jawa dengan pintu dan jendela kayu yang berukir, serta alun-alun kampung yang masih asri, membawa kita kembali ke masa lampau.
Tak hanya kampung, *Kelenteng Hok Tjen Bio* juga menjadi saksi bisu sejarah Surabaya. Kelenteng yang berdiri sejak abad ke-19 ini, merupakan salah satu kelenteng tertua di Surabaya. Arsitekturnya yang unik, dengan ornamen dan ukiran yang indah, menceritakan kisah perjalanan budaya Tionghoa di Surabaya.
Menelusuri jejak sejarah di Surabaya tak lengkap rasanya tanpa mencicipi kuliner khasnya. Surabaya dikenal dengan kuliner lezat dan beragam, yang terinspirasi dari berbagai pengaruh budaya.
Salah satu kuliner yang wajib dicoba adalah *Rawon*, sup hitam bercita rasa gurih dan sedap, dengan daging sapi empuk dan tahu yang lembut. Rawon biasanya disajikan dengan sambal trasi dan selai pete yang menambah kelezatannya.
Bagi pencinta makanan pedas, *Lontong Balap* menjadi pilihan yang tepat. Lontong balap terdiri dari lontong, tahu, tempe, dan sayuran yang disiram dengan kuah pedas dan gurih. Lontong balap biasanya disajikan dengan kerupuk udang yang renyah dan gurih.
Surabaya juga terkenal dengan *Nasi Krawu*. Nasi krawu merupakan nasi kuning yang disajikan dengan daging kambing atau sapi yang dibumbui dengan rempah-rempah dan dimasak dengan cara diungkep. Nasi krawu biasanya disajikan dengan sambal terasi dan sayuran seperti tahu dan tempe.
Untuk menjelajahi jejak sejarah di Surabaya, ada beberapa tips yang bisa diikuti:
Menelusuri jejak sejarah di Surabaya merupakan pengalaman yang menarik dan mendidik. Melalui bangunan tua, monumen, museum, dan kuliner khasnya, kita bisa mengungkap kisah perjalanan kota ini dari masa penjajahan hingga kemerdekaan.
Surabaya bukan hanya kota yang modern dan maju, tetapi juga kota yang kaya akan sejarah dan budaya. Dengan menjelajahi jejak sejarahnya, kita bisa lebih menghargai perjuangan para pahlawan dan memahami nilai-nilai luhur yang melekat pada kota ini.
View :33 Publish: Feb 1, 2024 |
Artikel Terkait