Kamis, 26 September 2024 |
Kue cubit, camilan manis nan lembut yang identik dengan Jakarta, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya kuliner ibukota. Ketenarannya tak hanya terletak pada rasanya yang lezat, tetapi juga pada sejarahnya yang panjang dan menarik. Di balik bentuk mungil dan warna-warni yang menggugah selera, tersimpan cerita tentang bagaimana kue cubit hadir dan berkembang di Jakarta, menjadi salah satu jajanan favorit yang selalu diburu para pecinta kuliner.
Menelusuri asal-usul kue cubit di Jakarta seperti menyelami lautan cerita. Ada yang menyebut kue cubit sudah ada sejak zaman kolonial Belanda, sementara yang lain mengklaimnya sebagai kreasi asli warga Jakarta. Namun, fakta yang pasti, kue cubit mulai populer di Jakarta pada era 1970-an. Di masa itu, jajanan ini dijajakan oleh pedagang kaki lima di berbagai sudut kota, khususnya di kawasan Jakarta Timur dan Jakarta Selatan.
Di Jakarta Timur, kue cubit tak hanya sekadar jajanan, melainkan juga cerminan keakraban dan keramahan warga. Kisah tentang kue cubit di Jakarta Timur erat kaitannya dengan keberadaan pasar-pasar tradisional yang ramai dikunjungi. Di Pasar Induk Kramat Jati, misalnya, kue cubit sudah menjadi menu favorit sejak puluhan tahun silam. Pedagang-pedagang kue cubit di pasar ini dikenal dengan keahlian mereka dalam membuat adonan yang lembut dan matang sempurna, serta kreatifitas mereka dalam menghadirkan varian rasa yang beragam.
Salah satu cerita populer yang beredar di Jakarta Timur menceritakan tentang seorang nenek bernama Mbok Sri, yang konon merupakan pionir penjualan kue cubit di kawasan Pasar Enjo. Mbok Sri, dengan tekad kuat dan semangatnya yang tak pernah padam, berjualan kue cubit dari gerobak sederhana. Ia menyajikan kue cubit dengan resep turun temurun, yang membuatnya terkenal di seantero pasar. Hingga kini, kisah Mbok Sri menjadi inspirasi bagi banyak penjual kue cubit di Jakarta Timur, yang dengan bangga meneruskan tradisi dan cita rasa kue cubit generasi sebelumnya.
Di Jakarta Selatan, kue cubit punya kisah tersendiri. Tak hanya dijajakan di pasar tradisional, kue cubit juga merambah gang-gang sempit dan perkampungan di kawasan Cipete, Pondok Indah, dan Lebak Bulus. Di tempat-tempat ini, kue cubit menjadi jajanan favorit anak-anak sekolah dan keluarga yang ingin menikmati camilan sederhana di sore hari.
Salah satu kisah menarik tentang kue cubit di Jakarta Selatan berpusat di Gang Hasyim, Cipete. Di gang ini, terdapat seorang pemuda bernama Pak Dedi, yang merintis usaha kue cubit sejak tahun 1980-an. Pak Dedi, dengan ketekunan dan kreativitasnya, membuat kue cubit dengan berbagai variasi rasa yang unik. Ia juga terkenal dengan kepiawaiannya dalam mengolah bahan-bahan lokal, seperti gula aren dan tepung ketan, menjadi kue cubit yang memiliki rasa yang khas dan menggugah selera.
Keberhasilan Pak Dedi dalam mengelola usaha kue cubit di Gang Hasyim menginspirasi banyak orang di Jakarta Selatan. Seiring berjalannya waktu, kue cubit semakin populer dan banyak dijajakan di berbagai tempat, baik di pinggir jalan, di depan sekolah, maupun di pusat perbelanjaan.
Seiring perkembangan zaman, kue cubit di Jakarta mengalami transformasi yang signifikan. Jajanan tradisional ini mengalami evolusi dari segi rasa, tampilan, hingga cara penyajian. Kreativitas para penjual kue cubit melahirkan berbagai varian baru yang mampu memikat selera konsumen modern.
Kue cubit di Jakarta tak lagi terbatas pada rasa original yang sederhana. Para penjual kue cubit berlomba-lomba menghadirkan varian rasa yang inovatif dan menggugah selera. Berikut beberapa varian kue cubit yang populer di Jakarta:
Kue cubit di Jakarta bukan hanya sekadar jajanan untuk memuaskan selera, tetapi juga menjadi bagian dari tradisi dan kebudayaan. Di beberapa daerah di Jakarta, kue cubit menjadi sajian wajib dalam acara-acara tertentu, seperti acara ulang tahun, arisan, dan pertemuan keluarga.
Selain itu, kue cubit juga menjadi simbol kesederhanaan dan keakraban. Harga kue cubit yang terjangkau dan rasanya yang lezat menjadikannya sebagai jajanan favorit semua kalangan. Dari anak-anak hingga orang dewasa, semua menyukai kue cubit.
Perjalanan kue cubit di Jakarta tak hanya berhenti pada jajanan kaki lima. Kue cubit kian populer dan menembus ranah kuliner modern. Kini, kue cubit hadir di berbagai tempat, mulai dari restoran, kafe, hingga toko kue modern.
Kue cubit yang disajikan di tempat-tempat tersebut memiliki tampilan yang lebih menarik dan rasa yang lebih beragam. Para chef dan pengusaha kuliner berinovasi dengan menghadirkan varian kue cubit yang unik, seperti kue cubit dengan topping buah segar, kue cubit dengan saus karamel, dan kue cubit dengan isian vla lembut.
Perubahan yang terjadi pada kue cubit di Jakarta tak hanya pada rasa dan tampilan, tetapi juga pada cara penyajian. Kue cubit kini disajikan dengan cara yang lebih modern, seperti dalam bentuk set box yang menarik, dengan penambahan hiasan bunga dan aneka topping yang menawan.
Kue cubit, dengan sejarah dan evolusi yang menarik, menjadi bukti bahwa kuliner di Jakarta kaya akan tradisi dan inovasi. Jajanan sederhana ini tak hanya menjadi camilan favorit, tetapi juga cerminan budaya dan keakraban masyarakat Jakarta. Di balik bentuknya yang mungil dan rasanya yang lezat, kue cubit menyimpan cerita panjang tentang bagaimana kuliner tradisional dapat terus berkembang dan beradaptasi dengan zaman.
Kue cubit Jakarta, dengan segala keunikan dan pesonanya, terus menjadi bagian penting dari budaya kuliner ibukota. Jajanan ini tak hanya menjadi pilihan favorit, tetapi juga sebagai simbol semangat warga Jakarta yang penuh kreativitas dan selalu mencari cara untuk menyajikan kuliner yang lezat dan unik.
View :15 Publish: Sep 26, 2024 |
Artikel Terkait